Rabu, 26 Maret 2008

SEORANG PAMAN

Hari itu lelaki ringgkih
Telah tua dan batuk-batuk
Berjalan separoh hari membikin nafasnya terengah
Kemudian memaksanya berteduh di kolong jembatan
Bersanding rumput dan sampah kumuh

Paman tua melepas baju tuanya
Menggembalakan sejenak kelesuannya
Lalu membuka sebungkus nasi
Pemberian dari warung tadi pagi
Ya…… walaupun setelah bentakan-bentakan keras ia dapati

Namun senja ini aku tak melihatnya
Biasanya ia jalan di depan rumahku, sholat di mushalla sejak gerimis siang itu
Paman tua kemanakah pergimu?
Atau kau sudah menyerah membujuk pemilik-pemilik warung memberikan sebungkus nasinya, segelas air putih?

Paman atau engkau yang dikerumuni orang tadi pagi dipertigaan jalan dibopong ke ambulance akumengenalimu dari baju hitam dan kopyah hitammu
Kata orang-orang, “nafasmu tak bisa diselamatkan”
Setelah ditubruk kendaraan bermotor kselari tinggi

Tapi seperti tak ada kehilangan dirimu…..
Pantas saja karena kau dinggap benalu
Mungkin tak jua keluargamu, apalagi penguasa negeri ini
Semua merendahkan empati…..

Oh… paman tua yang ringkih
Engaku jauh lebih kuat dari elegimu
Mungkin kamilah yang lebih ringkih…….

Ya Tuhanku

Ta Tuhanku terkasih
Aku tertatih tatih
Didatas bumi perih

Ya tuhnku tercinta
Aku kerap mendua
Beralaskan senyumdunia

Ya Allah pemurah
Aku gemar berbangga
Hendak meminjam sifat-Mu yang A’la

Ya Allah pengampun
Aku taubatan nasuha
Teduh di bawah maghfiroh mulia

Ya Allah pemegang keridlaan
Aku makhluk buta, tuli dan jahil
Bentangkanlah jalan kebenaran-Mu

Nyalakan misbach-misbach hidayah-Mu
Ya Rabbi penyandang kearifan
Tiadalah Engkau menciptakan
Kecuali kelbang semutpun kau perhitungkan

Ya Rabbi pemilik kesempurnaan
Semayamkanlah di hati ini
Syariah-Mu nan kamil

Pakel, Nov’2005